Bahasa adalah
alat penghubung atau komunikasi antar anggota masyarakat yang terdiri dari
individu-individu yang menyatakan pikiran, perasaan, dan keinginannya. Bahasa
sebagai suatu sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer (mana suka) digunakan masyarakat dalam rangka untuk
bekerja sama dengan berinteraksi. Boleh dikatakan kita berbahasa setiap hari
mulai matahari terbit sampai matahari terbenam. Berbahasa merupakan kemampuan
berkomunikasi dengan orang lain. Berbagai cara dilakukan untuk menyampaikan
perasaan pikiran maupun perasaan kepada oarng lain, baik melalui lisan maupun
tulisan.
Seorang bayi
belum dapat berbicara dalam arti berbahasa yang sebenarnya pada awal kehidupan.
Bahasa yang digunakan masih berupa tangisan. Ia akan menyatakan rasa lapar,
mengantuk, capek dan rasa tidak nyaman karena buang air kecil atau cuma panas
melalui tangisan. Menagis sebagai bentuk aksi dari bayi yang ingin dipahami
oleh orang sekitarnya. Pola pikir bayi belum terbentuk sehingga kita harus
mengajarinya. Salah satu aspek kebahasaan yaitu bagaimana kita mengajari
memproduksi suara dengan baik melalui optimalisasi alat ucap bayi untuk
memperkenalkan bahasa kepadanya. Mengamati perkembangan bayi merupakan sebuah
aktivitas yng menarik. Salah satunya adalah pengamatan terhadap perolehan
bahasa bayi di bawah usia tiga tahun, selanjutnya disebut BATITA. Perolehan bahasa sebagai suatu bentuk perkembangan
kehidupan mulai lahir hingga usia dewasa.
Daerah berbahasa
terdapat di broka. Broka batita masih berkembang dengan baik sehingga masih
mudah untuk membentuk kemampuan berbahasanya. Broka merupakan daerah yang
sangat penting untuk kebahasaan terletak pada gunduk frontal di sekitar girus
interior. Daerah ini adalah daerah yang bertanggung jawab untuk memproduksi
ujaran dan ditemukan oleh dokter bedah pranas, Pierre Broca, pada tahun 1863.
Bayi belum dapat menangkap bahasa oang lain yang berada stimulus yang penting
bagi bayi, bahkan sejak masih dalam kandungan. Awalnya ia akan mengangkap suara
yang didengarnya. Semakin sering mengajaknya bicara, maka akan semakin banyak
hal yang dapat ia tangkap. Batita yang banyak mendengar akan memiliki kemampuan
berbicara lebih cepat terasah karena kemampuan berbahasa dan pendengarannya
saling berkaitan.
Sebenarnya
hampir bayi memiliki kemampuan yang sama dalam mengenal kosa kata bahasa dari
orang tua dan masyarakat di sekelilingnya, sebab manusia memiliki tabiat
menirukan terhadap apa yang telah dia lihat dan didengar. Berdasarkan hal
tersebut, maka sebagai orang tua apabila anaknya ingin menguasai suatu bahasa,
sejak dinilah orang tua memperkenalkan bahasa yang kelak akan dipergunakan
seorang anak dalam berkomunikasi dengan sesamanya. Pada umumnya ucapan bayi
pertama kali terjadi pada usia 6-10 bulan, walaupun pada prakteknya ada juga
yang memerlukan waktu lebih lama dari itu. Setiap individu mengalami proses
pertumbuhan dan perkembangan semasa hidupnya, mulai dari janin sampai dewasa.
Proses pertumbuhan dan perkembangan individu yang satu dengan yang lainnya
tidak sama (bervariasi) tergantung dari faktor-faktor yang mendukungnya.
Beberapa orang
tua memandang bahwa permulaan pemerolehan bahasa bersamaan dengan munculnya
kata pertama pada usia yang lebih dini. Mereka membuat ocehan dengan ucapan
baa, maa, paa, bah. Mengoceh ini dapat terjadi pada usia sekitar 3-6 bulan,
untuk dapat melakukan ini dengan lancar, sangat ditentukan oleh pemerolehan
bunyi akan berjalan selaras dengan kodrat bunyi itu sendiri dan anak memperoleh
bunyi secara konsisten bayi itu pada umumnya menarik perhatian orang lain
dengan membuat kontak mata, membunyikan ucapan dan menujukkan gerakan tangan
seperti menunjuk jari tangan.
Seorang bayi
belum dapat berbicara dalam arti berbahasa yang sebenarnya pada awal kehidupan.
Bahasa yang diungkapkan masih berupa tangisan. Ia akan menyatakan rasa lapar,
mengantuk, capek dan rasa tak nyaman karena buang air kecil atau cuma panas
melalui tangisan. Menangis sebagai suatu bentuk aksi dari bayi yang ingin
dipahami oleh orang sekitarnya. Dan memang baru
menangis yang dapat bayi lakukan sebagai manifertasi pertahanan dirinya. Pola
pikir bayi belum terbentuk sehingga kita harus mengajarinya. Salah satu aspek
pengajaran terhadap pola pikirnya adalah aspek kebahasaan yaitu bagaimana kita
mengajari memproduksi suara dengan baik melalui optimalisasi alat ucap bayi
untuk memperkenalkan bahasa kepadanya. Mengamati perkembangan bayi merupakan
sebuah aktifitas yang menarik.Berbagai hal yang dapat kita amati. Salah satunya
adalah pengamatan terhadap perolehan bahasa bayi di bawah usia tiga bulan,
selanjutnya disebut “BATITA” .
Pemerolehan bahasa sebagai suatu bentuk
perkembangan kehidupan mulai lahir hingga usia dewasa.
Berbagai cara
dilakukan untuk menyampaikan pesan pikiran maupun perasaan kepada orang lain,
baik melalui lisan dan tulisan. Proses perolehan bahasa merupakan sebuah proses
panjang yang kompleks. Proses ini diawali dengan tangisan bayi ketika ia lahir.
Oleh sebab itu, perkembangan kemampuan seorang anak dimulai dengan menangis
pada saat pertama kali dilahirkan dari rahim ibunya. Menangis dimaksudkan agar
paru-paru mengembang sehingga paru-paru dapat mulai berfungsi dan tersedianya
darah yang cukup dalam tubuh. Bayi acapkali mengeluarkan suara yang mirip
dengan pernafasan yang cukup berat. Hal ini tanpa maksud apa-apa. Pergerakan
tanpa arah telah dilakukan sejak pertama kali lahir diiringi dengan bunyi
tangisan. Suara itu perlahan-lahan menjadi lebih kuat dan berkembang menjadi
mengoceh yang selanjutnya berkembang menjadi bercakap . Terdapat tiga
bentuk pribahasa yang normal muncul dalam
pola perkembangan bahasa yaitu menangis, mengoceh dan isyarat. Menangis adalah
lebih penting karena merupakan dasar bagi perkembangan bahasa yang sebenarnya.
Isyarat sebagai pengganti bahasa yang sebenarnya, bayi akan meniru kata yang ia
dengarkan dan akan memperoleh model atau contoh yang baik supaya dapat meniru
kata-kata yang baik.
Menurut Benjamin
Spock seorang dokter penulis buku : baby and child care pada usia dua bulan,
pakar bayi akan mengalami masa rewel, yang ditandai dengan seringnya menangis.
Orang tua mampu membedakan setiap tangisan melalui respon yang diberikan bayi,
walaupun suara-suara itu belum menjadi bentuk yang sesungguhnya dari sebuah
komunikasi yang mengandung maksud sebab anak-anak tidak menunjukan sikap
langsung yang mudah dimengerti jadi, walaupun tangisan anak-anak pada umumnya
memperoleh tanggapan dari orang tuanya seorang, seorang balita tidak
menggunakan tangisan untuk maksud seperti itu, lebih dari sekedar itu, hal ini
hanya berupa tanggapan yang sudah menyatu dengan akibat-akibat yang dapat
diperkirakan.
Sementara menurut
Crystal, ungkapan rasa lapar, sakit/ ketidaknyamanan bayi yang menyebabkan bayi
menangis atau rewel dikenal dengan bunyi refleksif. Bunyi refleksif ini
merupakan bunyi perdana yang menunjukkan bahwa kita sudah mulai memperoleh
bahasa. Menurut para ahli psikolinguistik, pemerolehan bahasa di dapat dengan
beberapa cara yang bersinergi.
Para ahli tersebut
menurut Pateda membedakan menjadi tiga macam teori pemerolehan bahasa, yaitu
teori behavioristik, teori nativistik, dan teori kognitif. Teori behavioristik
dikembangkan oleh Stinner. Sementara Dardjowidjojo menyebutkan teori empirisme yang dipelopori
oleh Watson, seorang behavioris Amerika.
Teori behavioristik
menekankan bahasa diperoleh dari sebuah proses. Menurut teori ini bahasa
diperoleh berdasarkan pengalaman yang diperoleh bayi. Teori nativistik yang
dikembangkan oleh Chomsky mengemukakan bahwa setiap anak yang lahir telah
memiliki sejumlah kapasitas atau potensi bahawa, yang pada perkembangannya,
potensi ini akan ikut menentukan struktur bahasa yang akan digunakan. Sejak
lahir seorang anak sudah memiliki pola-pola tertentu dalam otaknya yang
merupakan representasi tata bahasa bacaan, yang oleh Chomsky disebut Language
Acquisition Device (LAD). LAD ini yang memproses masukan dari lingkungan dan
kemudian menghasilkan bahasa yang diajarkan. LAD mengatur aturan-aturan
sintesis morfologis pada penguasaan bahasa
Adapun teori
kognitif merupakan teori yang mengemukakan bahwa belajar bahasa lebih mendalam lagi. Menurut teori ini,
pemerolehan bahasa oleh anak sangat berhubungan dengan perkembangan intelektual
atau koginitifnya. Struktur bahasa baru akan dikuasai jika dasar kemampuan
kognitifnya sudah ada. Anak harus memiliki kemampuan konseptual mengenai
sesuatu.
Ketiga teori
tersebut merupakan teori yang sesuai dengan pemerolehan bahasa bayi dari tahap
penerimaan sampai pengucapan kata yang pertama. Teori behavioristik dikatakan
sesuai dikarenakan bayi tidak akan dapat menghasilkan bunyi yang bermakna jika
pada dirinya tidak diberikan rangsangan atau stimulus. Dengan adanya stimulus
ini bayi selalu memberikan respon. Stimulus ini akan mendapatkan respon yang
kuta jika frekuensi perangsangannya makin besar. Makin besar frekuensi suatu
kata yang diberikan makin besar pula bayi akan merespon kata tersebut. Hal ini
kiranya sesuai dengan saah satu factor pencapaian kata (Word access), yaitu
frekuensi, yang dikemukakan oleh Gleason. Frekuensi pencapaian kata, entah itu
barang, benda mati, keadaan, orang dan sebagainya akan mempengaruhi kemampuan
seorang anak dalam memahami kata-kata yang diajarkan kepadanya. Masih besar
anak dalam memahami kata-kata yang diajarkan kepadanya. Makin besar frekuensi
kata yang diajarkan, anak atau bayi akan semakin cepat merespon.
Oleh karena itu,
teori behavioristik, teori nativistik dan teori kognitif sebetulnya sangat
berhuBunga erat. Ketiganya saling mempengaruhi satu sama lain. Perkembangan
pemerolehan bahasa balita memerlukan rangsangan yang terus berupa kata-kata
yang diulang-ulang sesering mungkin sejalan dengan teori behavioristik.
Sementara itu, balita pun telah dibekali dengan LAD yang ada diotak sesuai dengan teori nativistik. Oleh karena itu
kecuali nutrisi otak melalui asupan gizi seimbang, otak harus dioptimalkan
selagi balita dalam Critical Period .
Musa
menambahkan, otak yang terkait dengan kemampuan berbicara terbentuk sebelum si
kecil berusaia 18 bulan. Dengan rangsangan yang tepat di waktu yang tepat, maka
otak akan mempu berfungsi optimal. Terkait dengan otak, agar balita lebih mahir
berbahasa kelak, perlu dipahami bagaimana komponen dan proses berpikir.
Komponen berpikir terdiri dari otak, panca indera, objek yang terindra atau
factor dan informasi awal.
Panca indera
balita pun perlu diberikan rangsangan secara optimal. Semua rangsangan panca
indera inilah yang akan mempengaruhi pertumbuhan sel otak dan memiliki andil
besar untuk membuat sel-sel tersebut atau mati. Hal ini sejalan dengan teori
kognitif yang menekankan bahwa tidak sekedar pola pikir yang perlu dibentuk
tapi pola sikap juga harus sejalan.
Sejalan dengan
pemerolehan bahasa pada balita, pemerolehan bahasa semestinya dioptimalkan agar
balita mampu memperoleh suatu bahasa. Taylor menyatakan bahwa anak-anak
memperoleh dua atau lebih bahasa ketika mereka diekspose pada beberapa bahasa
di awal kehidupannya. Cirinya, mereka dikespose bahasa di rumah dan bahasa
lainnya di luar rumah. Pada keadaan seperti ini, anak-anak bilingual menjadi
lebih lancar berbahasa ketika berbicara di luar rumah dari pada di dalam rumah.
Dimensi Bahasa. Perkembangan dalam bahasa anak saat dua tumbuh dari bayi
yang baru lahir, yang hanya mengeluarkan suara tangisan sampai berbicara,
berkomunikasi dengan anak berusia 3 tahun yang dapat mengajukan pendapatnya,
tidak setuju dengan orang tua, dan melakukan perbincangan adalah merupakan
salah satu sifat yang paling luar biasa dari periode ini dari masa anak-anak .
Ahli psikologi yang mempelajari pemerolehan bahasa mengenali 4 dimensi
kunci sebagai berikut :
Suara
Bahasa. Terhadap
suara individual, suku kata, kata dan kalimat yang diucapkan pada bayi.
Pengetahuan yang juga dikenal sebagai “Fonologi” ini merujuk pada suara
pembicaraan sebenarnya dari bayi. Seiring dengan pertumbuhannya, bayi juga
mengalami kemajuan dari berceloteh yang tidak mempunyai arti dari seorang bayi
menjadi kalimat yang jelas dari anak berumu 3 tahun.
Arti
Bahasa. Secara
praktis semua bahasa yang diucapkan bayi membawa arti. Benar, ada kalanya
ketika masih bayi dia mengeluarkan suara untuk bersuara, tetapi sebagian besar
suaranya, suku kata dan kata mempunyai suatu arti spesifik. Aspek dari bahasa
ini disebut “Semantik”
Tata
Bahasa. Bahasa
mengikuti system aturan : misalnya, bahwa tipe kata diucapkan dalam urutan
tertentu dalam kalimat, bahwa ada kata ganti dan kata depan, bentuk tunggal dan
jamak, dan seterusnya. Dirujuk sebagai “Sintaksis”, tata bahasa adalah struktur
dari kalimat bayi anda.
Kontek
Bahasa. Di
samping dari kata-kata, bahasa juga melibatkan aturan sosial, seperti
bergantian dalam percakapan, mendengarkan sewaktu orang lain berbicara, dan
memodifikasi kosa kata menurut situasi orang yang terlibat, kesadaran akan
aturan sosial ini juga dikenal sebagai “Pragmatik”
Orang tua akan
menyaksikan kemajuan bahasa bayi anda dalam semua dimensi ini, pada awalnya
hanya dalam suara dan arti tetapi lama kemudian juga tata bahasa dan konteks
sosial.
Bahasa Reseptif Dan Ekspresif
Ada perbedaan
antara bahasa yang didengar anak dan yang dipahami (bahasa reseptif) dan bahasa
yang mampu dia keluarkan sendiri (bahasa ekspresis). Kedua anak ini mengalami
kemajuan yang luar biasa dalam tiga tahun pertama hidupnya. Praktis pada semua
anak, bahasa reseptif melampaui bahasa ekspresif. Dengan kata lain, bayi akan
memahami jauh lebih banyak dari pada apa yang dapat diucapkannya hampir di
setiap perkembangan. Dalam tahun pertama, misalnya ketika dia belum mempunyai
kata-kata individual yang dapat diucapkannya dengan jelas, dia memahami banyak
kata-kata umum, sehari-hari yang orang tua gunakan. Orang tua dapat mengetahui
hal ini dengan reaksinya ketika orang tua mengucapkan kata-kata itu kepadanya.
Perkembangan Bahasa
Semua ihwal
mengenai pemerolehan yang dikemukakan diatas sebenarnya akhirnya terpulang
pertama-tama pada perdebatan yang sudah lama terjadi, yaitu antara kaum natives
yang dipelopori oleh Chomsky dan kaum empiris serta dikembangkan lebih lanjut
oleh orang-orang seperti Pinker, Hyams berpandangan bahwa pemerolehan bahasa
itu bersifat kodrati dan merupakan berpandangan bahwa pemerolehan bahasa itu
berlanjut dan merupakan suatu proses instingtif yang berlanjut dan berjalan
secara konstan dari waktu ke waktu dengan mengikuti jadwal gentik sesuai dengan
waktu ke waktu dengan mengikuti jadwal genetic sesuai dengan prinsipel serta
parameter kaum empiris yang dipelopori oleh Watson pada tahun 1930 an
dikembangkan oleh kelompok Bloom Fieldian dan kemudian oleh kelompok Neo-Bloom
Filedian, menekankan lingkungan dan tidak percaya akan peran mental dalam
pemerolehan pengetahuan.
Chomsky
berpendapat bahwa lingkungan memang berpengaruh untuk menentukan macam bahasa
yang akan dikuasai tetapi tidak berpengaruh untuk menentukan macam bahasa yang
akan dikuasai tetapi tidak akan berpengaruh terhadap pemerolehan itu sendiri.
Lingkungan hanya akan menyuguhkan masukan yang kemudian menentukan bahasa
spesifik mana yang kemudian diperoleh oleh anak.
Berdasarkan
gambaran di atas tampak bahwa perang aliran ini terjadi antara kubu uama yakni
kubu empiris (kekodratan) melawan kubu natives (lingkungan). Dalam ihwal
empiris melawan nativis, tampaknya sebagian orang memang berkeras pendapat akan
adanya dikotomi antara kekodratan dan lingkungan, sementara para ahli lain
mengakui akan adanya saling pengaruh antara keduanya.
Memahami
Bahasa Tubuh
Orang tua
menggunakan bahasa tubuh sepanjang waktu dan demikian pula bayi, walupun orang
tua tidak secara sadar memikirkan mengenai bahasa tubuh. Orang tua tersenyum
pada bayi ketika orang tua bahagia bersama dengannya dan dia membalas dengan
tersenyum, itu bentuk dari bahasa tubuh. Orang tua mengerutkan dahi ketika
merasa terganggu oleh bayi kita dan dia mencibirkan bibir sebagai tanggapan,
itu adalah bahasa tubuh. Bahasa tubuh artinya disampaikan oleh gerakan tubuh,
seperti menatap, ekspresi wajah, dan sentuhan. Jadi, kita sebagai orang tua
harus memahami bahasa tubuh karena :
Bahasa
tubuh lebih banyak digunakan daripada bahasa lisan. Penelitian yang membandingkan jumlah bahasa lisan
dengan non verbal yang dibandingkan antara dua orang dalam suatu hubungan
menemukan bahwa bahasa tubuh mendominasi. Hasil dari penelitian seperti itu
menunjukkan bahwa kurang dari 10 persen emosi diekspresikan dalam kata-kata,
sedangkan 90 persen dalam bahasa tubuh.
Bahasa
tubuh lebih sedikit dikendalikan daripada bahasa lisan. Pada umumnya bayi membuat keputusan untuk
mengucapkan kata. Bahasa tubuh lebih sulit dikendalikan. Senyum, sikap badan,
gerakan kaki dan lengan, kontak mata dan cirri komunikasi non verbal yang lain
terjadi tanpa perencanaan dengan sengaja. Ini berarti bahwa bahasa tubuh bayi
merember keluar, walaupun dia tidak menyadarinya. Oleh karena itu, mengartikan
bahasa tubuhnya memberikan pengertian
yang baik mengenai perasaannya yang mendasari.
Dimensi Dari Bahasa Tubuh
Antara lain :
Wajah. Segera setelah
bayi lahir, bayi mulai membuat ekspresi wajah yang mencerminkan perasaannya.
Pada waktu anak sudah berusia 3 tahun, anak akan mempunyai banyak sekali
variasi ekspresi yang mengungkapkan kepada orang tua sesuatu mengenai emosi
yang mendasarinya.
Mata. Kontak mata
adalah bagian alami dari komunikasi manusia, secara naluriah, kita saling
menatap mata dalam percakapan. Variasi dalam tingkat kontak mata dapat
menunjukkan apapun dari terpesona sampai rasa bersalah.
Cara
Berdiri.
Setelah bayi mulai dapat berjalan kian kemari orang tua akan dapat
memperhatikan dia memakai berbagai sikap badan, misalnya sikap badan yang
mengatakan kepada orang tua bahwa dia sedang sedih karena dia bergerak
perlahan-lahan dengan pundak yang terlipat ke dalam.
Tangan
dan Jari. Bila orang tua melihat tangan bayi dikepalkan dengan
kuat, orang tua memastikan bahwa dia sedang marah dan kecewa. Tetapi bila
tangan itu terbuka, melambai-lambai di samping badannya, maka kemungkinan dia
sedang santai.
Tungkai. Seorang anak
yang berulang-ulang mengubah posisi dari satu kaki ke kaki yang lain biasanya
prihatin mengenai sesuatu. Dia mungkin merasa bersalah mengenai apa yang
dikatakannya di waktu itu, atau mungkin dia merasa takut.
Bernafas. Kecepatan
bernafas sering berubah sebagai akibat dari keadaan emosional, pernafasan yang
cepat, dangkal diakitkan dengan kegugupan, sedangkan nafas yang dalam, perlahan
dapat merupakan refleksi dari relaksasi dari bayi anda.
Jarak. Ketika Susana
hatinya sedang murung, bayi menciptakan jarak antara orang tua dan bayi,
mungkin dengan duduk di tempat yang bersebarangan dalam ruangan. Sebaliknya
bayi suka merapat pada orang tua ketika bayi merasa cemas mengenai sesuatu.
Perkembangan
Bahasa
Usia
0 – 3 Bulan
Ketika bayi
berbaring di atas untuk mengganti baju atau dalam tempat tidurnya, bayi
terlihat demikian rapuh, demikian tidak berdaya. Bayi perlu bantuan, cinta dan
dukungan orang tua hanya untuk tetap tidur, apalagi mengalami kemajuan. Hasil
riset ahli psikologi menunjukkan keterampilan berbahasa seorang bayi secara
relative sudah maju, bahkan di tahap yang amat awal ini.
Kemampuan
Bahasa di Usia Muda
Antara lain
Membedakan
huruf mati. Bayi yang masih berusia 1 bulan memberi reaksi dengan cara berbeda
pada suara huruf mati tunggal. Misalnya, bila suara /P/ tunggal diperkenalkan,
denyut jantungnya berubah saat itu, menunjukkan kesadarannya bahwa ada
perubahan.
Membedakan
huruf hidup.
Terdapat bukti bahwa bayi dapat membedakan antara suara huruf hidup, yang
mungkin lebih sulit dibedakan dari pada perbedaan huruf mati, karena huruf
hidup mempunyai persamaan yang lebih banyak (perbedaan antara /a/, dan /e/
tidak jelas sejelas antara /t/ dan /z/.
Kepekaan
menangis. Seorang bayi yang umurnya baru beberapa jam memberi
reaksi berbeda pada tangisan manusia dan pada tangisan yang dihasilkan
komputer. Bayi menjadi lebih merasa gelisah oleh suara manusia yang menderita.
Hasil temuan yang luar biasa ini mengatakan bahwa bayi sudah diprogramkan untuk
bereaksi pada suara manusia.
Kesadaran
intonasi. Sebuah penelitian menemukan bahwa di usia 4 atau 5
hari, seorang bayi yang baru lahir membedakan antara kata-kata yang diucapkan
kepadanya menggunakan bahasanya sendiri dan kata-kata yang diucapkannya
menggunakan bahasa asing. Kemampuan untuk membedakan ini mungkin didasarkan
pada penekanan dan intonasi yang berbeda dari setiap bahasa.
Perubahan Utama yang Perlu Dicermati
Antara lain
Kelahiran. Bayi
mengumumkan kedatangannya ke dalam dunia ini dengan tangisan terus-menerus.
Jeritan itulan yang diperlukannya untuk membuat paru-paru dan pita suaranya
bekerja. Ketika mendengar bunyi keras, seperti pintu ditutup dengan keras, dia
mungkin bereaksi dengan mengedipkan matanya atau mengerutkan hidung dan
wajahnya.
Usia
1 Minggu.
Bayi menatap lekat-lekat pada wajah ketika orang tua berbicara kepadanya. Orang
tua pasti melihat bahwa matanya terpaku ketika orang tua mengucapkan kat-kata
menyejukkan ketika orang tua memegangnya dekat. Tampaknya seolah-olah dia
mempunyai minat dalam hati pada suara dari bahasa itu, walaupun dia sendiri
belum dapat mengeluarkan aneka suara.
Usia
1 Bulan. Aneka jenis
tangisan muncul dari situasi yang berbeda. Misalnya, tangisan bayi ketika dia
merasa bosan dan menginginkan perhatian dapat dibedakan dari tangisannya ketika
dia lapar. Variasi dalam tangisan ini mencerminkan variasi dalam emosi dan
suasana hatinya.
Usia
2 Bulan. Ketika bayi mendengarkan dengan seksama suara yang
dikeluarkan bayi sekarang, orang tua akan menemukan bahwa suara itu tidak
selalu sama, dia pernah membuat paling sedikit dua suara seperti huruf hidup
yang berbeda. Tentu saja, ini tidak seperti kata-kata dan suara tersebut tidak
mempunyai arti, tetapi penggunaannya mencerminkan perubahan yang bermakna dalam
sistem produksi suaranya.
Usia
3 Bulan. Keterampilan mendengarkan mengalami perbaikan yang
amat besar. Bukan hanya bereaksi dengan terkejut kalau mendengar bunyi keras.
Bayi yang berumur 3 bulan mencari sumber bunyi. Dia menggunakan kendali
kepalanya yang terbatas mencoba membalik dirinya ke arah sumber bunyi.
Bahasa Tubuh
Kekurangan
bahasa pada bayi tidak menghentikannya dari
berkomunikasi dengan orang tua. Salah satu metode dari ekspresi
non-verbal melibatkan penggunaan gerakan badannya untuk membuat orang tua tahu
apa pikiran dan perasaannya. Lewat aksi menggunakan lengan dan tungkainya,
ekspresi wajah, dan gerakan kepala, dia mampu mengekspresikan beberapa perasaan
hatinya kepada orang tua.
Waktu
makan. Tangisan karena
lapar adalah tanggapan otomatis dari semua bayi. Pada umumnya, ini adalah salah
satu tangisan yang dimulai dengan cukup tenang, dan kemudian semakin lama
semakin keras. Ada kalanya tangisan ini berhenti beberapa detik ketika dia
menelan segukan besar udara, tetapi tangisan itu dilakukan dengan keras hati.
Waktu
untuk mengganti baju. Bayi tidak suka berbaring dengan popok yang kotor,
dan dia menggerak-gerakkan badannya untuk memberi tahu kepada orang tua rasa
tidak nyamannya. Tangisannya tidak demikian tajam, karena penderitaannya tidak
demikian besar. Dia mungkin sekali-kali berhenti menangis, tetapi akan terus
menangis sampai diganti dengan popok yang baru.
Waktu
untuk bermain.
Bayi perlu dirangsang benar, dia dapat menghibur diri-sendiri sampai tingkat
tertentu, tetapi dia benar-benar memerlukan orang tua dan berinteraksi
dengannya. Ketika merasa bosan, dia menggunakan tangisannya yang nyaris seperti
teriakkan. Ini bukan tangisan penderitaan, hanya bunyi keras untuk menarik
perhatian orang tua
Usia
4 – 6 Bulan
Kalau bayi pada
umur 0-3 bulan hanya mengeluarkan suara bisikan lembut yang tidak mempunyai
arti apa pun, dalam periode ini bayi masuk dalam fase “berceloteh”. Pita
suaranya yang sudah semakin matang membuat bayi dapat mengeluarkan suara lebih
beraneka rupa. Berceloteh yang orang tua dengar dari bayi yang sedang tumbuh
ketika dia mendekati usia enam bulan, terdiri dari suara berbeda, yang dapat
dengan jelas dikenali sebagai suku kata individual. Pada umumnya ahli psikologi
setuju bahwa pertama seorang bayi yang belum muncul sampai nanti didasarkan
pada unit-unit kecil dari celotehan.
Keadaan ini
ditambah dengan perunahan dalam keterampilan mendengarkan dan memperhatikan.
Hasil penelitian menemukan bahwa di usia ini penilaian bayi dan kuantitas
ucapannya sebenarnya berkurang dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya
ketika orang tuannya berbicara kepadanya. Para peneliti juga scera spontan mengajarkan keterampilan bercakap-cakap
kepada bayi. Apa yang terjadi adalah bahwa kecepatan menaggapi bayi terhadap
suara antara 4 – 6 bulan berfungsi sebagai umpan balik positif, yang
menstimulasi orang tuanya mengucapkan kata-kata.
Perubahan utama yang perlu dicermati
Usia
4 Bulan. Di usia ini bayi tertawa dengan riang gembira pada
apapun yang menghiburnya. Orang tua akan
menyadari bahwa membiarkan dia mencermati bayangannya sendiri yang dipantulkan
cermin mendatangkan jeritan gembira. Menggelitiknya memberikan tanggapan yang
serupa, dan senyum balasan orang tua mendrongnya untuk menggunakan tertawa
sebagai cara untuk mengkomunikasikan kebahagiaanya.
Usia
5 Bulan. Suaranya lebih bervariasi dan lebih konsisten
daripada sebelumnya dan mungkin bayi sudah menggunakan tiga atau empat suara
celoteh yang berbeda secara konsisten, seperti /b/, atau /m/ atau /w/, walaupun
tidak menggabungkannya untuk membentuk rangkaian yang lebih panjang seperti
bahabababa.
Usia
6 Bulan. Bayi senang mendengarkan musik dengan lengan dan
tungkainya bergerak-gerak dengan bersemangat ketika lagu favoritnya dimainkan.
Kadang-kadang musik menenangkan yang lembut dapat bermanfaat untuk membantu
tidurnya.
Bahasa Tubuh
Di bawah ini
contoh beberapa emosi yang biasanya diekspresikan menggunakan bahasa tubuh di
usia 4 – 6 bulan.
Penolakan. Di usia sekitar 6 bulan ketika bayi duduk tegak di
kursi tingginya, dia tidak mengalami kesulitas mengekspresiak kesukaran atau
yang tidak disukainya untuk makanan apapun yang diberikan kepadanya. Dia
mungkin menyunggingkan senyuman mendorong mangkok menjauh, atau ketika
memalingkan wajahnya ke sisi yang lain, saat orang tua mengangkat sendok ke
bibirnya. Orang tua harus menyadari bahwa bayi mengatakan kepada orang tua,
saya tidak suka ini dan saya menginginkan sesuatu yang lain sebagai
penggantinya.
Rasa
ingin tahu. Keinginan untuk menemukan sesuatu tidak mengenal
batas. Akan tetapi usia ini, bayi dapat lebih baik mengekspresikan rasa ingin
tahunya menggunakan bahasa tubuh. Perhatian orang tua tertarik oleh bunyi aneh
yang berasal dari tempat tidurnya, dan ketika anda tiba, anda dapat melihat dia
berusaha memgang sesuatu yang sedikit di luar jangkauannya. Kombinasi dari
gerakan akibat usahanya dan gerakan mengulurkan tangan menunjukkan bahwa
tindakannya dimotivasi oleh rasa ingin tahu.
Usia
7 – 9 Bulan. Di akhir periode 6 bulan pertama, biasanya bayi
telah mempunyai sedikit pemahaman mengenai keabadian benda, itulah sebabnya
bayi mencari mainan ketika mainan itu jatuh dari tangannya ke tempat yang tidak
berada dalam bidang pandangannya. Dan dia bahkan akan menjangkau mainan yang
sebagian tersembunyi, mungkin separuh tertutup di bawah selimut, bayi tahu
bahwa mainan yang utuh itu ada di situ walaupun dia hanya dapat melihat
sebagian.
Selangkah ke
depan dalam keabadian benda terjadi suatu saat antara usia 7 – 9 bulan, karen
bayi sekarang mulai mencari benda yang sepenuhnya tertutup. Pemahamannya semaik
bertambah dan keterampilannya untuk mengingat lebih maju, digabungkan dengan
keterampilannya memahami perwakilan semakin baik, membuat dia tahu mainan itu
ada di sana, walaupun dia tidak dapat melihatnya.
Perubahan Utama yang Perlu Dicermati
Usia 7 bulan. Setelah gerakan dan pemahamannya
lebih maju, dia akan lebih baik dalam menunjukkan pengertiannya mengenai bahasa
lisan. Misalnya, ketyika kita berkata, “lihat boneka itu!” dia menoleh ke arah
yang benar, dan ketika dia mencoba menjangkau untuk memegangnya, ini
membuktikan dia memahami kata-kata kita. Dia sepenuhnya lebih responsif ketika
kita berbicara padanya. Ini berlaku untuk nada kta dan juga kata-kata kita,
karena bayi merasakan emosi berbeda dalam suara kita.
Usia
8 Bulan. Bayi menyukai perkembangan kata dalam bentuk apapun
dan berusaha sebaik-baiknya untuk menirukan suara yang orang tua buat. Orang
tua akan menyadari bahwa bila orang tua bernyanyi dengan lembut maka besar
kemungkinannya bayi akan mencoba ikut bergabung. Bahasa dapat digunakan untuk
benyak tujuan seperti, ketika kita mendapatkan bayi mulai berteriak dengan
keras ketika dia ingin menarik perhatian orang tua.
Usia
9 Bulan. Pendengarannya yang lebih tajam membuat bayi dapat
membedakan anatar semua suara yang didengarnya. Celotehan dua suku kata sering
diucapkan dan dia mulai mengembangkan kata-katanya sendiri untuk orang dan
benda yang sudah dikenalnya. Ayahnya mungkin disebut “ba-pak”, ini merupakan
kombinasi suku kata yang digunakannya untuk merujuk padanya.
Bahasa Tubuh
Ide yang
diekspresikan menggunakan bahasa tubuh antara lain ;
“Saya
ingin mengetahui jawaban untuk teka-teki itu”. Bagi
orang tua, itu bukan teka-teki, kotak bubuk sabun yang berisi sabun, yang akan
kita tuangkan ke dalam mesin cici dengan setumpuk pakaian. Akan tetapi, bagi
bayi kotak sabun itu adalah salah satu meisteri dalam hidup. Dia ingin mengetahui apa isinya, seperti apa rasanya, dan
semua potensi penggunaan. Jadi begitulah dia mulai bergerak menarik dirnya
dengan berbagai cara menyeberangi lantai dapur dalam usaha untuk mencapainya.
“Saya
ingin mengetahui cara kerjanya.” Keinginan, yang
sudah ada sejak lahir, untuk menemukan sesuatu dapat diekspresikan dengan cara
yang baru karena kendai tangan, gerakan badan, dan penglihatannya yang lebih
baik.
Usia
10-12 Bulan
Sejumlah
perubahan biasanya terjadi dalam celoteh
seorang anak ketika dia mulai mendekati ulang tahunnya yang pertama. Pertama
kombinasi suku kata yang digunakannya secara nyata menjadi lebih kompleks,
sekarang paling sedikit menggunakan 3 campuran huruf-huruf hidup yang digunakan
dalam pembicaraan. Dan ketiga, rangkaian celoteh mulai mempunyai karakteristik
lain dari bahasa lisan, seperti intinasi dan ucapan yang panjang
Perubahan Utama yang perlu dicermati
Usia
10 Bulan.
Bayi suka bercakap-cakap dengan orang tua dengan caranya sendiri, menggunakan
berbagai suara celoteh huruf mati dan huruf hidup yang digabungkan menjadi
rangkaian panjang yang diulang-ulang. Orang tua juga akan menyadari dia
menghabiskan lebih banyak waktu memandang orang tua ketika dia berbicara.
Perhatian bayi mengamati dengan cermat ketika kita menunjuk ke berbagai orang
dan benda kepadanya.
Usia
11 Bulan. Di usia 11 bulan beberapa bayi mulai menggunakan
kata-kata yang sebenarnya dalam konteks
yang tepat. Misalnya ketika kita meninggalkan sejenak untuk pergi ke
ruangan lain, melambaikan tangan dan kita katakan kepadanya, “da…daaaah”.
Walaupun koordinasi tangan dan matanya masih perlu perkembangan lebih lanjut,
ditahap ini dia mungkin akan menggerakan tangannya untuk melambai ke arah kita
seperti yang kita minta.
Usia
12 Bulan. Sebagian kecil anak seudah mengucapkan kata
pertamanya lebih awal sebelum memasuki umur 12 bulan, tetapi sebagian besar
mencapainya sekarng. Ini adalah peristiwa amat khusu yang menggembirakan kita.
Usahakan sebaik-baiknya untuk mengetahui apa yang dirujuk oleh kata tersebut,
tanpa dia harus mengulang-ulangnya atau dia mungkin enggan mengucapkan kata itu
lagi kepada kita pada kesempatan yang lain.
Bahasa Tubuh
Ide yang
diekspresikan menggunakan bahasa tubuh antara lain :
Kemandirian. Bayi ingin
melakukan sendiri berbagai hal, ketika dia bergerak menjauh dari kita dan
berusaha mengatasi tantangan sulit (seperti membuka laci), gerakan badan ini, ditambah dengan gerakan dan keluhan
saat dia berusaha keras menarik lacimenyatakan kepada orang tua apa yang ingin
dicapainya. Fakta bahwa dia mendorong kita menjauh ketka kita mencoba membantu,
bukan berarti dia menolak, tetapi itu hanya caranya dia mengatakan “saya dapat
melakukannya sendiri”.
Frustasi. Orang tua mungkin berfikir kemarahan mendorong anak
untuk melemparkan mainannya ke lantai. Walaupun mungkin ada elemen dari
kemarahan dalam tindakan non-verbal itu, besar kemungkinan sebenarnya kekuatan
yang mendasari tindakan itu adalah frustasi.
Kelainan Sindrom Down/Keterbelakangan Mental (IDIOT)
Kelainan sindrom down terjadi karen akelainan jumlah
kromosom pada kromosom nomor 21, yang seharusnya dua menjadi tiga. Kelainan
kromosom itu bukan faktor keturunan kelainan bisa menyebabkan penderitaannya
mengalami kelainan fisika seperti kelainan jantung bawaan, otot-otot melemah
(hypotonia), dan retardasi mental akibat hambatan perkembangan kecerdasan dan
psikomotor. Hingga kini, penyeban kelainan jumlah kromosom itu masih belum dapat diketahui.
Bila bayi itu beranjak besar, maka perlu pemeriksaan IQ untuk menentukan jenis
latihan sekolah yang dipilih. Pemeriksaan lain yang mungkin dibutuhkan adalah
pemeriksaan jantung karena pada penderita ini sering mengalami kelainan
jantung.
Insiden
Dan Epidemiologi. Kelainan ditemukan
di seluruh dunia pada semua suku bangsa. Diperkirakan angka kejadian 1,5 : 1000
kelahiran dan terdapat 10% diantara penderita retardasi mental. Menurut Biran,
sejauh ini diketahui faktor usia ibu hamil mempengaruhi tingkat resiko janin
mengidap SD. Usia
yang bersiko adalah ibu hamil pada usia lebih dari 30 tahun. Kehamilan pada
usia lebih dari 40 tahu, resikonya meningkat 10 kali lipat dibanding pada usia
30 tahun. Sel telur (ovum) semakin menua seiring pertambahan usia perempuan.
Sindrom down
banyak dilahirkan oleh ibu berumur tua ( resiko tinggi ), ibu-ibu di atas 30
tahun harus waspada akan kemungkinan ini. Angka kejadia sindrom down meningkat
jelas pada wanita yangmelahirkan anak setelah berusia 30 tahun ke atas. Sel
telur wanita telah dibentuk pada saat wanita tersebut masih ada dalam kandungan
yang akan dimatangkan satu persatu setiap bulan pada saat wanita tersebut akil
balik.
Pada saat wanita
menjadi tua, kondisi sel telur tersebut kadang-kadang menjadi kurang baik dan
pada waktu dibuahi oleh sel telur laki-laki, sel benih ini mengalami pembelahan
yang kurang sempurna. Penyebab timbulnya kelebihan kromosom 21, bisa pula
karena bawaan lahirdari ibu atau bapak yang mempunyai dua buah kromosom 21,
tetapi terletak tidak pada tempat yang sebenarnya, misalnya salah satu kromosom
21 tersebut menempel pada kromosom lain sehingga pada waktu pembelahan sel
kromosom 21 tersebut tidak membelah dengan sempurna.
Faktor yang
memegang peranan dalam terjadinya kelainan kromosom adalah :
- Umur ibu
- Biasanya pada ibu berumur lebih dari 30 tahun, mungkjin karena suatu ketidakseimbangan hormonal. Umur ayah tidak mempengaruhi
- Kelainan kehamilan
- Kelainan endokrin pada ibu
- Pada usia tua dapat terjadi infertilitas relative (kelainan tiroid)
Gejala Klinis
Gejala yang
biasanya merupakan keluhan utama orang tua adalan keterbelakangan mental
(idiot), dengan IQ antara 50-70, tetapi kadang-kadang IQ biasa sampai 90
terutama pada kasus-kasus yang diberi latihan. Pada bayi baru lahir dokter akan
menduga adanya sindrom down karena gambaran yang khas, tubuhnya yang sangat
lentur, biasanya otot-otonya sangat lemas, sehingga menghambat perkembangan
gerak bayi. Pada saat masih bayi tersebut sulit bagi seorang dokter untuk
menentukan diagnosisnya, apalagi orang tuanya juga mempunyai mata yang sipit
atau kecil.
Untuk memastikan diagnosis perlu dilakukan
pemeriksaan kromosom dari sel darah putih. Anak dengan sindrom down sangat
mirip satu dengan yang lainnya. Seakan akan kaka beradik. Keterbelakangan
mental sangat menonjol disamping juga terdapat retardasi jasmani, wajah anak
sangat khas. Ciri-cirinya
antara lain
- Kepala agak kecil dengan daerah oksipital yang mendatar.
- Mukanya lebar
- Tulang pipi tinggi
- Hidung pesek
- Mata letaknya berjauhan, serta sipit miring ke atas dan samping (seperti mongol).
- Iris mata menunjukkan bercak-bercak
- Lipatan epikantus jelas sekali
- Telinga agak aneh
- Bibir tebal dan lidah besar, kasar dan bercelah-celah
- Pertumbuhan gigi terganggu
- Kulit halus dan longgar tetapi warnanya normal
- Di leher terdapat lipatan-lipatan yang berlebihan
- Pada jari tangan terdapat kelingking yang pendek dan membengkok ke dalam
- Jarak antara jari satu dan dua, baik tangan maupun kaki agak besar
- Gambaran telapak tangan tampak tidak normal, yaitu terdapat satu garis melintang
- Alat kelamin biasanya Kecil
Penanganan
Secara medis
tidak ada pengobatan pada penderita ini, karena cacatnya sel benih yang dibawa
dari dalam kandungan. Pada saat bayi baru lahir, bila diketahui adanya
kelamahan otot, bisa dilakukan latihan oto yang akan membantu mempercepat
kemajuan pertumbuhan dan perkembangan anak.
Pencegahan
- Deteksi dini SD dilakukan pada usia janin mulai 11 minggu (2,5 bulan) sampai 14 minggu.
- Apabila dalam keluarga ada yang menderita sindrom down maka diperlukan pemeriksaan cairan amnion dan vili korionil pada usia kehamilan 3 bulan. Apabila positif disarankan kehamilan dihentikan.
- Bayi yang menderita sindrom down dapat dilakukan pemeriksaan sidik jari telapak tangan dan kaki karena menunjukkan gambaran yang khas.
Sumber-sumber
Dardjowidjojo Soenjono. Pemerolehan Bahasa Anak Indonesia. Unika
Atma Jaya : 2000
Hurlock, E.B. 2000. Perkembangan Anak. Alih bahasa oleh dr. Med. Meitasari Tjandrasa
dan Dra Muslichah Zarkasih. Edisi keenam. Jakarta : Erlangga
Kartono Kartini. Mental Hygien (Kesehatan Mental).
Bandung : Alumni. 1980
Munantar Utumi,
Prof, Dr. 1999. Pengembangan Kreatifitas
Anak Berbakat. Jakarta : Rineka Cipta
Soetjiningsih, dr,
DSAK. 1998. Tumbuh Kembang
Anak.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran ESC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar