Sabtu, 17 Februari 2018

Hal Ihwal Perkembangan Bayi

Bahasa adalah alat penghubung atau komunikasi antar anggota masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang menyatakan pikiran, perasaan, dan keinginannya. Bahasa sebagai suatu sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer (mana suka) digunakan masyarakat dalam rangka untuk bekerja sama dengan berinteraksi. Boleh dikatakan kita berbahasa setiap hari mulai matahari terbit sampai matahari terbenam. Berbahasa merupakan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain. Berbagai cara dilakukan untuk menyampaikan perasaan pikiran maupun perasaan kepada oarng lain, baik melalui lisan maupun tulisan. 

Seorang bayi belum dapat berbicara dalam arti berbahasa yang sebenarnya pada awal kehidupan. Bahasa yang digunakan masih berupa tangisan. Ia akan menyatakan rasa lapar, mengantuk, capek dan rasa tidak nyaman karena buang air kecil atau cuma panas melalui tangisan. Menagis sebagai bentuk aksi dari bayi yang ingin dipahami oleh orang sekitarnya. Pola pikir bayi belum terbentuk sehingga kita harus mengajarinya. Salah satu aspek kebahasaan yaitu bagaimana kita mengajari memproduksi suara dengan baik melalui optimalisasi alat ucap bayi untuk memperkenalkan bahasa kepadanya. Mengamati perkembangan bayi merupakan sebuah aktivitas yng menarik. Salah satunya adalah pengamatan terhadap perolehan bahasa bayi di bawah usia tiga tahun, selanjutnya disebut BATITA. Perolehan bahasa sebagai suatu bentuk perkembangan kehidupan mulai lahir hingga usia dewasa.

Daerah berbahasa terdapat di broka. Broka batita masih berkembang dengan baik sehingga masih mudah untuk membentuk kemampuan berbahasanya. Broka merupakan daerah yang sangat penting untuk kebahasaan terletak pada gunduk frontal di sekitar girus interior. Daerah ini adalah daerah yang bertanggung jawab untuk memproduksi ujaran dan ditemukan oleh dokter bedah pranas, Pierre Broca, pada tahun 1863. Bayi belum dapat menangkap bahasa oang lain yang berada stimulus yang penting bagi bayi, bahkan sejak masih dalam kandungan. Awalnya ia akan mengangkap suara yang didengarnya. Semakin sering mengajaknya bicara, maka akan semakin banyak hal yang dapat ia tangkap. Batita yang banyak mendengar akan memiliki kemampuan berbicara lebih cepat terasah karena kemampuan berbahasa dan pendengarannya saling berkaitan. 


Sebenarnya hampir bayi memiliki kemampuan yang sama dalam mengenal kosa kata bahasa dari orang tua dan masyarakat di sekelilingnya, sebab manusia memiliki tabiat menirukan terhadap apa yang telah dia lihat dan didengar. Berdasarkan hal tersebut, maka sebagai orang tua apabila anaknya ingin menguasai suatu bahasa, sejak dinilah orang tua memperkenalkan bahasa yang kelak akan dipergunakan seorang anak dalam berkomunikasi dengan sesamanya. Pada umumnya ucapan bayi pertama kali terjadi pada usia 6-10 bulan, walaupun pada prakteknya ada juga yang memerlukan waktu lebih lama dari itu. Setiap individu mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan semasa hidupnya, mulai dari janin sampai dewasa. Proses pertumbuhan dan perkembangan individu yang satu dengan yang lainnya tidak sama (bervariasi) tergantung dari faktor-faktor yang mendukungnya. 

Beberapa orang tua memandang bahwa permulaan pemerolehan bahasa bersamaan dengan munculnya kata pertama pada usia yang lebih dini. Mereka membuat ocehan dengan ucapan baa, maa, paa, bah. Mengoceh ini dapat terjadi pada usia sekitar 3-6 bulan, untuk dapat melakukan ini dengan lancar, sangat ditentukan oleh pemerolehan bunyi akan berjalan selaras dengan kodrat bunyi itu sendiri dan anak memperoleh bunyi secara konsisten bayi itu pada umumnya menarik perhatian orang lain dengan membuat kontak mata, membunyikan ucapan dan menujukkan gerakan tangan seperti menunjuk jari tangan. 

Seorang bayi belum dapat berbicara dalam arti berbahasa yang sebenarnya pada awal kehidupan. Bahasa yang diungkapkan masih berupa tangisan. Ia akan menyatakan rasa lapar, mengantuk, capek dan rasa tak nyaman karena buang air kecil atau cuma panas melalui tangisan. Menangis sebagai suatu bentuk aksi dari bayi yang ingin dipahami oleh orang sekitarnya. Dan memang baru menangis yang dapat bayi lakukan sebagai manifertasi pertahanan dirinya. Pola pikir bayi belum terbentuk sehingga kita harus mengajarinya. Salah satu aspek pengajaran terhadap pola pikirnya adalah aspek kebahasaan yaitu bagaimana kita mengajari memproduksi suara dengan baik melalui optimalisasi alat ucap bayi untuk memperkenalkan bahasa kepadanya. Mengamati perkembangan bayi merupakan sebuah aktifitas yang menarik.Berbagai hal yang dapat kita amati. Salah satunya adalah pengamatan terhadap perolehan bahasa bayi di bawah usia tiga bulan, selanjutnya disebut “BATITA” . 

Pemerolehan bahasa sebagai suatu bentuk perkembangan kehidupan mulai lahir hingga usia dewasa. 
Berbagai cara dilakukan untuk menyampaikan pesan pikiran maupun perasaan kepada orang lain, baik melalui lisan dan tulisan. Proses perolehan bahasa merupakan sebuah proses panjang yang kompleks. Proses ini diawali dengan tangisan bayi ketika ia lahir. Oleh sebab itu, perkembangan kemampuan seorang anak dimulai dengan menangis pada saat pertama kali dilahirkan dari rahim ibunya. Menangis dimaksudkan agar paru-paru mengembang sehingga paru-paru dapat mulai berfungsi dan tersedianya darah yang cukup dalam tubuh. Bayi acapkali mengeluarkan suara yang mirip dengan pernafasan yang cukup berat. Hal ini tanpa maksud apa-apa. Pergerakan tanpa arah telah dilakukan sejak pertama kali lahir diiringi dengan bunyi tangisan. Suara itu perlahan-lahan menjadi lebih kuat dan berkembang menjadi mengoceh yang selanjutnya berkembang menjadi bercakap . Terdapat tiga bentuk  pribahasa yang normal muncul dalam pola perkembangan bahasa yaitu menangis, mengoceh dan isyarat. Menangis adalah lebih penting karena merupakan dasar bagi perkembangan bahasa yang sebenarnya. Isyarat sebagai pengganti bahasa yang sebenarnya, bayi akan meniru kata yang ia dengarkan dan akan memperoleh model atau contoh yang baik supaya dapat meniru kata-kata yang baik.  

Menurut Benjamin Spock seorang dokter penulis buku : baby and child care pada usia dua bulan, pakar bayi akan mengalami masa rewel, yang ditandai dengan seringnya menangis. Orang tua mampu membedakan setiap tangisan melalui respon yang diberikan bayi, walaupun suara-suara itu belum menjadi bentuk yang sesungguhnya dari sebuah komunikasi yang mengandung maksud sebab anak-anak tidak menunjukan sikap langsung yang mudah dimengerti jadi, walaupun tangisan anak-anak pada umumnya memperoleh tanggapan dari orang tuanya seorang, seorang balita tidak menggunakan tangisan untuk maksud seperti itu, lebih dari sekedar itu, hal ini hanya berupa tanggapan yang sudah menyatu dengan akibat-akibat yang dapat diperkirakan. 

Sementara menurut Crystal, ungkapan rasa lapar, sakit/ ketidaknyamanan bayi yang menyebabkan bayi menangis atau rewel dikenal dengan bunyi refleksif. Bunyi refleksif ini merupakan bunyi perdana yang menunjukkan bahwa kita sudah mulai memperoleh bahasa. Menurut para ahli psikolinguistik, pemerolehan bahasa di dapat dengan beberapa cara yang bersinergi.

Para ahli tersebut menurut Pateda membedakan menjadi tiga macam teori pemerolehan bahasa, yaitu teori behavioristik, teori nativistik, dan teori kognitif. Teori behavioristik dikembangkan oleh Stinner. Sementara Dardjowidjojo  menyebutkan teori empirisme yang dipelopori oleh Watson, seorang behavioris Amerika. 

Teori behavioristik menekankan bahasa diperoleh dari sebuah proses. Menurut teori ini bahasa diperoleh berdasarkan pengalaman yang diperoleh bayi. Teori nativistik yang dikembangkan oleh Chomsky mengemukakan bahwa setiap anak yang lahir telah memiliki sejumlah kapasitas atau potensi bahawa, yang pada perkembangannya, potensi ini akan ikut menentukan struktur bahasa yang akan digunakan. Sejak lahir seorang anak sudah memiliki pola-pola tertentu dalam otaknya yang merupakan representasi tata bahasa bacaan, yang oleh Chomsky disebut Language Acquisition Device (LAD). LAD ini yang memproses masukan dari lingkungan dan kemudian menghasilkan bahasa yang diajarkan. LAD mengatur aturan-aturan sintesis morfologis pada penguasaan bahasa  

Adapun teori kognitif merupakan teori yang mengemukakan bahwa belajar bahasa  lebih mendalam lagi. Menurut teori ini, pemerolehan bahasa oleh anak sangat berhubungan dengan perkembangan intelektual atau koginitifnya. Struktur bahasa baru akan dikuasai jika dasar kemampuan kognitifnya sudah ada. Anak harus memiliki kemampuan konseptual mengenai sesuatu. 

Ketiga teori tersebut merupakan teori yang sesuai dengan pemerolehan bahasa bayi dari tahap penerimaan sampai pengucapan kata yang pertama. Teori behavioristik dikatakan sesuai dikarenakan bayi tidak akan dapat menghasilkan bunyi yang bermakna jika pada dirinya tidak diberikan rangsangan atau stimulus. Dengan adanya stimulus ini bayi selalu memberikan respon. Stimulus ini akan mendapatkan respon yang kuta jika frekuensi perangsangannya makin besar. Makin besar frekuensi suatu kata yang diberikan makin besar pula bayi akan merespon kata tersebut. Hal ini kiranya sesuai dengan saah satu factor pencapaian kata (Word access), yaitu frekuensi, yang dikemukakan oleh Gleason. Frekuensi pencapaian kata, entah itu barang, benda mati, keadaan, orang dan sebagainya akan mempengaruhi kemampuan seorang anak dalam memahami kata-kata yang diajarkan kepadanya. Masih besar anak dalam memahami kata-kata yang diajarkan kepadanya. Makin besar frekuensi kata yang diajarkan, anak atau bayi akan semakin cepat merespon. 

Oleh karena itu, teori behavioristik, teori nativistik dan teori kognitif sebetulnya sangat berhuBunga erat. Ketiganya saling mempengaruhi satu sama lain. Perkembangan pemerolehan bahasa balita memerlukan rangsangan yang terus berupa kata-kata yang diulang-ulang sesering mungkin sejalan dengan teori behavioristik. Sementara itu, balita pun telah dibekali dengan LAD yang ada diotak sesuai dengan teori nativistik. Oleh karena itu kecuali nutrisi otak melalui asupan gizi seimbang, otak harus dioptimalkan selagi balita dalam Critical Period . 

Musa menambahkan, otak yang terkait dengan kemampuan berbicara terbentuk sebelum si kecil berusaia 18 bulan. Dengan rangsangan yang tepat di waktu yang tepat, maka otak akan mempu berfungsi optimal. Terkait dengan otak, agar balita lebih mahir berbahasa kelak, perlu dipahami bagaimana komponen dan proses berpikir. Komponen berpikir terdiri dari otak, panca indera, objek yang terindra atau factor dan informasi awal.  

Panca indera balita pun perlu diberikan rangsangan secara optimal. Semua rangsangan panca indera inilah yang akan mempengaruhi pertumbuhan sel otak dan memiliki andil besar untuk membuat sel-sel tersebut atau mati. Hal ini sejalan dengan teori kognitif yang menekankan bahwa tidak sekedar pola pikir yang perlu dibentuk tapi pola sikap juga harus sejalan. 

Sejalan dengan pemerolehan bahasa pada balita, pemerolehan bahasa semestinya dioptimalkan agar balita mampu memperoleh suatu bahasa. Taylor menyatakan bahwa anak-anak memperoleh dua atau lebih bahasa ketika mereka diekspose pada beberapa bahasa di awal kehidupannya. Cirinya, mereka dikespose bahasa di rumah dan bahasa lainnya di luar rumah. Pada keadaan seperti ini, anak-anak bilingual menjadi lebih lancar berbahasa ketika berbicara di luar rumah dari pada di dalam rumah.

Dimensi Bahasa. Perkembangan dalam bahasa anak saat dua tumbuh dari bayi yang baru lahir, yang hanya mengeluarkan suara tangisan sampai berbicara, berkomunikasi dengan anak berusia 3 tahun yang dapat mengajukan pendapatnya, tidak setuju dengan orang tua, dan melakukan perbincangan adalah merupakan salah satu sifat yang paling luar biasa dari periode ini dari masa anak-anak .
Ahli psikologi yang mempelajari pemerolehan bahasa mengenali 4 dimensi kunci sebagai berikut :

Suara Bahasa. Terhadap suara individual, suku kata, kata dan kalimat yang diucapkan pada bayi. Pengetahuan yang juga dikenal sebagai “Fonologi” ini merujuk pada suara pembicaraan sebenarnya dari bayi. Seiring dengan pertumbuhannya, bayi juga mengalami kemajuan dari berceloteh yang tidak mempunyai arti dari seorang bayi menjadi kalimat yang jelas dari anak berumu 3 tahun.

Arti Bahasa. Secara praktis semua bahasa yang diucapkan bayi membawa arti. Benar, ada kalanya ketika masih bayi dia mengeluarkan suara untuk bersuara, tetapi sebagian besar suaranya, suku kata dan kata mempunyai suatu arti spesifik. Aspek dari bahasa ini disebut “Semantik”

Tata Bahasa. Bahasa mengikuti system aturan : misalnya, bahwa tipe kata diucapkan dalam urutan tertentu dalam kalimat, bahwa ada kata ganti dan kata depan, bentuk tunggal dan jamak, dan seterusnya. Dirujuk sebagai “Sintaksis”, tata bahasa adalah struktur dari kalimat bayi anda.

Kontek Bahasa. Di samping dari kata-kata, bahasa juga melibatkan aturan sosial, seperti bergantian dalam percakapan, mendengarkan sewaktu orang lain berbicara, dan memodifikasi kosa kata menurut situasi orang yang terlibat, kesadaran akan aturan sosial ini juga dikenal sebagai “Pragmatik”

Orang tua akan menyaksikan kemajuan bahasa bayi anda dalam semua dimensi ini, pada awalnya hanya dalam suara dan arti tetapi lama kemudian juga tata bahasa dan konteks sosial.

Bahasa Reseptif Dan Ekspresif
Ada perbedaan antara bahasa yang didengar anak dan yang dipahami (bahasa reseptif) dan bahasa yang mampu dia keluarkan sendiri (bahasa ekspresis). Kedua anak ini mengalami kemajuan yang luar biasa dalam tiga tahun pertama hidupnya. Praktis pada semua anak, bahasa reseptif melampaui bahasa ekspresif. Dengan kata lain, bayi akan memahami jauh lebih banyak dari pada apa yang dapat diucapkannya hampir di setiap perkembangan. Dalam tahun pertama, misalnya ketika dia belum mempunyai kata-kata individual yang dapat diucapkannya dengan jelas, dia memahami banyak kata-kata umum, sehari-hari yang orang tua gunakan. Orang tua dapat mengetahui hal ini dengan reaksinya ketika orang tua mengucapkan kata-kata itu kepadanya.

Perkembangan Bahasa
Semua ihwal mengenai pemerolehan yang dikemukakan diatas sebenarnya akhirnya terpulang pertama-tama pada perdebatan yang sudah lama terjadi, yaitu antara kaum natives yang dipelopori oleh Chomsky dan kaum empiris serta dikembangkan lebih lanjut oleh orang-orang seperti Pinker, Hyams berpandangan bahwa pemerolehan bahasa itu bersifat kodrati dan merupakan berpandangan bahwa pemerolehan bahasa itu berlanjut dan merupakan suatu proses instingtif yang berlanjut dan berjalan secara konstan dari waktu ke waktu dengan mengikuti jadwal gentik sesuai dengan waktu ke waktu dengan mengikuti jadwal genetic sesuai dengan prinsipel serta parameter kaum empiris yang dipelopori oleh Watson pada tahun 1930 an dikembangkan oleh kelompok Bloom Fieldian dan kemudian oleh kelompok Neo-Bloom Filedian, menekankan lingkungan dan tidak percaya akan peran mental dalam pemerolehan pengetahuan.
   
Chomsky berpendapat bahwa lingkungan memang berpengaruh untuk menentukan macam bahasa yang akan dikuasai tetapi tidak berpengaruh untuk menentukan macam bahasa yang akan dikuasai tetapi tidak akan berpengaruh terhadap pemerolehan itu sendiri. Lingkungan hanya akan menyuguhkan masukan yang kemudian menentukan bahasa spesifik mana yang kemudian diperoleh oleh anak. 

Berdasarkan gambaran di atas tampak bahwa perang aliran ini terjadi antara kubu uama yakni kubu empiris (kekodratan) melawan kubu natives (lingkungan). Dalam ihwal empiris melawan nativis, tampaknya sebagian orang memang berkeras pendapat akan adanya dikotomi antara kekodratan dan lingkungan, sementara para ahli lain mengakui akan adanya saling pengaruh antara keduanya.

Memahami Bahasa Tubuh
Orang tua menggunakan bahasa tubuh sepanjang waktu dan demikian pula bayi, walupun orang tua tidak secara sadar memikirkan mengenai bahasa tubuh. Orang tua tersenyum pada bayi ketika orang tua bahagia bersama dengannya dan dia membalas dengan tersenyum, itu bentuk dari bahasa tubuh. Orang tua mengerutkan dahi ketika merasa terganggu oleh bayi kita dan dia mencibirkan bibir sebagai tanggapan, itu adalah bahasa tubuh. Bahasa tubuh artinya disampaikan oleh gerakan tubuh, seperti menatap, ekspresi wajah, dan sentuhan. Jadi, kita sebagai orang tua harus memahami bahasa tubuh karena :

Bahasa tubuh lebih banyak digunakan daripada bahasa lisan. Penelitian yang membandingkan jumlah bahasa lisan dengan non verbal yang dibandingkan antara dua orang dalam suatu hubungan menemukan bahwa bahasa tubuh mendominasi. Hasil dari penelitian seperti itu menunjukkan bahwa kurang dari 10 persen emosi diekspresikan dalam kata-kata, sedangkan 90 persen dalam bahasa tubuh.

Bahasa tubuh lebih sedikit dikendalikan daripada bahasa lisan. Pada umumnya bayi membuat keputusan untuk mengucapkan kata. Bahasa tubuh lebih sulit dikendalikan. Senyum, sikap badan, gerakan kaki dan lengan, kontak mata dan cirri komunikasi non verbal yang lain terjadi tanpa perencanaan dengan sengaja. Ini berarti bahwa bahasa tubuh bayi merember keluar, walaupun dia tidak menyadarinya. Oleh karena itu, mengartikan bahasa  tubuhnya memberikan pengertian yang baik mengenai perasaannya yang mendasari.

Dimensi Dari Bahasa Tubuh
Antara lain  :
Wajah. Segera setelah bayi lahir, bayi mulai membuat ekspresi wajah yang mencerminkan perasaannya. Pada waktu anak sudah berusia 3 tahun, anak akan mempunyai banyak sekali variasi ekspresi yang mengungkapkan kepada orang tua sesuatu mengenai emosi yang mendasarinya.

Mata. Kontak mata adalah bagian alami dari komunikasi manusia, secara naluriah, kita saling menatap mata dalam percakapan. Variasi dalam tingkat kontak mata dapat menunjukkan apapun dari terpesona sampai rasa bersalah.

Cara Berdiri. Setelah bayi mulai dapat berjalan kian kemari orang tua akan dapat memperhatikan dia memakai berbagai sikap badan, misalnya sikap badan yang mengatakan kepada orang tua bahwa dia sedang sedih karena dia bergerak perlahan-lahan dengan pundak yang terlipat ke dalam.

Tangan dan Jari. Bila orang tua melihat tangan bayi dikepalkan dengan kuat, orang tua memastikan bahwa dia sedang marah dan kecewa. Tetapi bila tangan itu terbuka, melambai-lambai di samping badannya, maka kemungkinan dia sedang santai.

Tungkai. Seorang anak yang berulang-ulang mengubah posisi dari satu kaki ke kaki yang lain biasanya prihatin mengenai sesuatu. Dia mungkin merasa bersalah mengenai apa yang dikatakannya di waktu itu, atau mungkin dia merasa takut.

Bernafas. Kecepatan bernafas sering berubah sebagai akibat dari keadaan emosional, pernafasan yang cepat, dangkal diakitkan dengan kegugupan, sedangkan nafas yang dalam, perlahan dapat merupakan refleksi dari relaksasi dari bayi anda.

Jarak. Ketika Susana hatinya sedang murung, bayi menciptakan jarak antara orang tua dan bayi, mungkin dengan duduk di tempat yang bersebarangan dalam ruangan. Sebaliknya bayi suka merapat pada orang tua ketika bayi merasa cemas mengenai sesuatu.

Perkembangan Bahasa
Usia 0 – 3 Bulan
Ketika bayi berbaring di atas untuk mengganti baju atau dalam tempat tidurnya, bayi terlihat demikian rapuh, demikian tidak berdaya. Bayi perlu bantuan, cinta dan dukungan orang tua hanya untuk tetap tidur, apalagi mengalami kemajuan. Hasil riset ahli psikologi menunjukkan keterampilan berbahasa seorang bayi secara relative sudah maju, bahkan di tahap yang amat awal ini.
Kemampuan Bahasa di Usia Muda

Antara lain
Membedakan huruf mati. Bayi yang masih berusia  1 bulan memberi reaksi dengan cara berbeda pada suara huruf mati tunggal. Misalnya, bila suara /P/ tunggal diperkenalkan, denyut jantungnya berubah saat itu, menunjukkan kesadarannya bahwa ada perubahan.

Membedakan huruf hidup. Terdapat bukti bahwa bayi dapat membedakan antara suara huruf hidup, yang mungkin lebih sulit dibedakan dari pada perbedaan huruf mati, karena huruf hidup mempunyai persamaan yang lebih banyak (perbedaan antara /a/, dan /e/ tidak jelas sejelas antara /t/ dan   /z/.

Kepekaan menangis. Seorang bayi yang umurnya baru beberapa jam memberi reaksi berbeda pada tangisan manusia dan pada tangisan yang dihasilkan komputer. Bayi menjadi lebih merasa gelisah oleh suara manusia yang menderita. Hasil temuan yang luar biasa ini mengatakan bahwa bayi sudah diprogramkan untuk bereaksi pada suara manusia.

Kesadaran intonasi. Sebuah penelitian menemukan bahwa di usia 4 atau 5 hari, seorang bayi yang baru lahir membedakan antara kata-kata yang diucapkan kepadanya menggunakan bahasanya sendiri dan kata-kata yang diucapkannya menggunakan bahasa asing. Kemampuan untuk membedakan ini mungkin didasarkan pada penekanan dan intonasi yang berbeda dari setiap bahasa.

Perubahan Utama yang Perlu Dicermati
Antara lain
Kelahiran. Bayi mengumumkan kedatangannya ke dalam dunia ini dengan tangisan terus-menerus. Jeritan itulan yang diperlukannya untuk membuat paru-paru dan pita suaranya bekerja. Ketika mendengar bunyi keras, seperti pintu ditutup dengan keras, dia mungkin bereaksi dengan mengedipkan matanya atau mengerutkan hidung dan wajahnya.

Usia 1 Minggu. Bayi menatap lekat-lekat pada wajah ketika orang tua berbicara kepadanya. Orang tua pasti melihat bahwa matanya terpaku ketika orang tua mengucapkan kat-kata menyejukkan ketika orang tua memegangnya dekat. Tampaknya seolah-olah dia mempunyai minat dalam hati pada suara dari bahasa itu, walaupun dia sendiri belum dapat mengeluarkan aneka suara.

Usia 1 Bulan. Aneka jenis tangisan muncul dari situasi yang berbeda. Misalnya, tangisan bayi ketika dia merasa bosan dan menginginkan perhatian dapat dibedakan dari tangisannya ketika dia lapar. Variasi dalam tangisan ini mencerminkan variasi dalam emosi dan suasana hatinya.

Usia 2 Bulan. Ketika bayi mendengarkan dengan seksama suara yang dikeluarkan bayi sekarang, orang tua akan menemukan bahwa suara itu tidak selalu sama, dia pernah membuat paling sedikit dua suara seperti huruf hidup yang berbeda. Tentu saja, ini tidak seperti kata-kata dan suara tersebut tidak mempunyai arti, tetapi penggunaannya mencerminkan perubahan yang bermakna dalam sistem produksi suaranya.

Usia 3 Bulan. Keterampilan mendengarkan mengalami perbaikan yang amat besar. Bukan hanya bereaksi dengan terkejut kalau mendengar bunyi keras. Bayi yang berumur 3 bulan mencari sumber bunyi. Dia menggunakan kendali kepalanya yang terbatas mencoba membalik dirinya ke arah sumber bunyi.

Bahasa Tubuh
Kekurangan bahasa pada bayi tidak menghentikannya dari  berkomunikasi dengan orang tua. Salah satu metode dari ekspresi non-verbal melibatkan penggunaan gerakan badannya untuk membuat orang tua tahu apa pikiran dan perasaannya. Lewat aksi menggunakan lengan dan tungkainya, ekspresi wajah, dan gerakan kepala, dia mampu mengekspresikan beberapa perasaan hatinya kepada orang tua.

Di bawah ini beberapa tangisan umum yang dapat orang tua harapkan, orang tua dengan antara saat kelahiran dan umur 3 bulan, gerakan badan yang menyertai dan kemungkinan arti yang mendasarinya.

Waktu makan. Tangisan karena lapar adalah tanggapan otomatis dari semua bayi. Pada umumnya, ini adalah salah satu tangisan yang dimulai dengan cukup tenang, dan kemudian semakin lama semakin keras. Ada kalanya tangisan ini berhenti beberapa detik ketika dia menelan segukan besar udara, tetapi tangisan itu dilakukan dengan keras hati.

Waktu untuk mengganti baju. Bayi tidak suka berbaring dengan popok yang kotor, dan dia menggerak-gerakkan badannya untuk memberi tahu kepada orang tua rasa tidak nyamannya. Tangisannya tidak demikian tajam, karena penderitaannya tidak demikian besar. Dia mungkin sekali-kali berhenti menangis, tetapi akan terus menangis sampai diganti dengan popok yang baru.

Waktu untuk bermain. Bayi perlu dirangsang benar, dia dapat menghibur diri-sendiri sampai tingkat tertentu, tetapi dia benar-benar memerlukan orang tua dan berinteraksi dengannya. Ketika merasa bosan, dia menggunakan tangisannya yang nyaris seperti teriakkan. Ini bukan tangisan penderitaan, hanya bunyi keras untuk menarik perhatian orang tua

Usia 4 – 6 Bulan
Kalau bayi pada umur 0-3 bulan hanya mengeluarkan suara bisikan lembut yang tidak mempunyai arti apa pun, dalam periode ini bayi masuk dalam fase “berceloteh”. Pita suaranya yang sudah semakin matang membuat bayi dapat mengeluarkan suara lebih beraneka rupa. Berceloteh yang orang tua dengar dari bayi yang sedang tumbuh ketika dia mendekati usia enam bulan, terdiri dari suara berbeda, yang dapat dengan jelas dikenali sebagai suku kata individual. Pada umumnya ahli psikologi setuju bahwa pertama seorang bayi yang belum muncul sampai nanti didasarkan pada unit-unit kecil dari celotehan.  

Keadaan ini ditambah dengan perunahan dalam keterampilan mendengarkan dan memperhatikan. Hasil penelitian menemukan bahwa di usia ini penilaian bayi dan kuantitas ucapannya sebenarnya berkurang dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya ketika orang tuannya berbicara kepadanya. Para peneliti juga scera spontan  mengajarkan keterampilan bercakap-cakap kepada bayi. Apa yang terjadi adalah bahwa kecepatan menaggapi bayi terhadap suara antara 4 – 6 bulan berfungsi sebagai umpan balik positif, yang menstimulasi orang tuanya mengucapkan kata-kata.

Perubahan utama yang perlu dicermati
Usia 4 Bulan. Di usia ini bayi tertawa dengan riang gembira pada apapun yang menghiburnya. Orang tua akan menyadari bahwa membiarkan dia mencermati bayangannya sendiri yang dipantulkan cermin mendatangkan jeritan gembira. Menggelitiknya memberikan tanggapan yang serupa, dan senyum balasan orang tua mendrongnya untuk menggunakan tertawa sebagai cara untuk mengkomunikasikan kebahagiaanya.

Usia 5 Bulan. Suaranya lebih bervariasi dan lebih konsisten daripada sebelumnya dan mungkin bayi sudah menggunakan tiga atau empat suara celoteh yang berbeda secara konsisten, seperti /b/, atau /m/ atau /w/, walaupun tidak menggabungkannya untuk membentuk rangkaian yang lebih panjang seperti bahabababa.

Usia 6 Bulan. Bayi senang mendengarkan musik dengan lengan dan tungkainya bergerak-gerak dengan bersemangat ketika lagu favoritnya dimainkan. Kadang-kadang musik menenangkan yang lembut dapat bermanfaat untuk membantu tidurnya.

Bahasa Tubuh
Di bawah ini contoh beberapa emosi yang biasanya diekspresikan menggunakan bahasa tubuh di usia 4 – 6 bulan.

Penolakan. Di usia sekitar 6 bulan ketika bayi duduk tegak di kursi tingginya, dia tidak mengalami kesulitas mengekspresiak kesukaran atau yang tidak disukainya untuk makanan apapun yang diberikan kepadanya. Dia mungkin menyunggingkan senyuman mendorong mangkok menjauh, atau ketika memalingkan wajahnya ke sisi yang lain, saat orang tua mengangkat sendok ke bibirnya. Orang tua harus menyadari bahwa bayi mengatakan kepada orang tua, saya tidak suka ini dan saya menginginkan sesuatu yang lain sebagai penggantinya.

Rasa ingin tahu. Keinginan untuk menemukan sesuatu tidak mengenal batas. Akan tetapi usia ini, bayi dapat lebih baik mengekspresikan rasa ingin tahunya menggunakan bahasa tubuh. Perhatian orang tua tertarik oleh bunyi aneh yang berasal dari tempat tidurnya, dan ketika anda tiba, anda dapat melihat dia berusaha memgang sesuatu yang sedikit di luar jangkauannya. Kombinasi dari gerakan akibat usahanya dan gerakan mengulurkan tangan menunjukkan bahwa tindakannya dimotivasi oleh rasa ingin tahu.

Usia 7 – 9 Bulan. Di akhir periode 6 bulan pertama, biasanya bayi telah mempunyai sedikit pemahaman mengenai keabadian benda, itulah sebabnya bayi mencari mainan ketika mainan itu jatuh dari tangannya ke tempat yang tidak berada dalam bidang pandangannya. Dan dia bahkan akan menjangkau mainan yang sebagian tersembunyi, mungkin separuh tertutup di bawah selimut, bayi tahu bahwa mainan yang utuh itu ada di situ walaupun dia hanya dapat melihat sebagian.
 
Selangkah ke depan dalam keabadian benda terjadi suatu saat antara usia 7 – 9 bulan, karen bayi sekarang mulai mencari benda yang sepenuhnya tertutup. Pemahamannya semaik bertambah dan keterampilannya untuk mengingat lebih maju, digabungkan dengan keterampilannya memahami perwakilan semakin baik, membuat dia tahu mainan itu ada di sana, walaupun dia tidak dapat melihatnya.

Perubahan Utama yang Perlu Dicermati
Usia  7 bulan. Setelah gerakan dan pemahamannya lebih maju, dia akan lebih baik dalam menunjukkan pengertiannya mengenai bahasa lisan. Misalnya, ketyika kita berkata, “lihat boneka itu!” dia menoleh ke arah yang benar, dan ketika dia mencoba menjangkau untuk memegangnya, ini membuktikan dia memahami kata-kata kita. Dia sepenuhnya lebih responsif ketika kita berbicara padanya. Ini berlaku untuk nada kta dan juga kata-kata kita, karena bayi merasakan emosi berbeda dalam suara kita.

Usia 8 Bulan. Bayi menyukai perkembangan kata dalam bentuk apapun dan berusaha sebaik-baiknya untuk menirukan suara yang orang tua buat. Orang tua akan menyadari bahwa bila orang tua bernyanyi dengan lembut maka besar kemungkinannya bayi akan mencoba ikut bergabung. Bahasa dapat digunakan untuk benyak tujuan seperti, ketika kita mendapatkan bayi mulai berteriak dengan keras ketika dia ingin menarik perhatian orang tua.

Usia 9 Bulan. Pendengarannya yang lebih tajam membuat bayi dapat membedakan anatar semua suara yang didengarnya. Celotehan dua suku kata sering diucapkan dan dia mulai mengembangkan kata-katanya sendiri untuk orang dan benda yang sudah dikenalnya. Ayahnya mungkin disebut “ba-pak”, ini merupakan kombinasi suku kata yang digunakannya untuk merujuk padanya.

Bahasa Tubuh
Ide yang diekspresikan menggunakan bahasa tubuh antara lain ;
“Saya ingin mengetahui jawaban untuk teka-teki itu”. Bagi orang tua, itu bukan teka-teki, kotak bubuk sabun yang berisi sabun, yang akan kita tuangkan ke dalam mesin cici dengan setumpuk pakaian. Akan tetapi, bagi bayi kotak sabun itu adalah salah satu meisteri dalam hidup. Dia ingin mengetahui apa isinya, seperti apa rasanya, dan semua potensi penggunaan. Jadi begitulah dia mulai bergerak menarik dirnya dengan berbagai cara menyeberangi lantai dapur dalam usaha untuk mencapainya.

“Saya ingin mengetahui cara kerjanya.” Keinginan, yang sudah ada sejak lahir, untuk menemukan sesuatu dapat diekspresikan dengan cara yang baru karena kendai tangan, gerakan badan, dan penglihatannya yang lebih baik.

Usia 10-12 Bulan
Sejumlah perubahan  biasanya terjadi dalam celoteh seorang anak ketika dia mulai mendekati ulang tahunnya yang pertama. Pertama kombinasi suku kata yang digunakannya secara nyata menjadi lebih kompleks, sekarang paling sedikit menggunakan 3 campuran huruf-huruf hidup yang digunakan dalam pembicaraan. Dan ketiga, rangkaian celoteh mulai mempunyai karakteristik lain dari bahasa lisan, seperti intinasi dan ucapan yang panjang

Perubahan Utama yang perlu dicermati
Usia 10 Bulan. Bayi suka bercakap-cakap dengan orang tua dengan caranya sendiri, menggunakan berbagai suara celoteh huruf mati dan huruf hidup yang digabungkan menjadi rangkaian panjang yang diulang-ulang. Orang tua juga akan menyadari dia menghabiskan lebih banyak waktu memandang orang tua ketika dia berbicara. Perhatian bayi mengamati dengan cermat ketika kita menunjuk ke berbagai orang dan benda kepadanya.

Usia 11 Bulan. Di usia 11 bulan beberapa bayi mulai menggunakan kata-kata yang sebenarnya dalam konteks  yang tepat. Misalnya ketika kita meninggalkan sejenak untuk pergi ke ruangan lain, melambaikan tangan dan kita katakan kepadanya, “da…daaaah”. Walaupun koordinasi tangan dan matanya masih perlu perkembangan lebih lanjut, ditahap ini dia mungkin akan menggerakan tangannya untuk melambai ke arah kita seperti yang kita minta. 

Usia 12 Bulan. Sebagian kecil anak seudah mengucapkan kata pertamanya lebih awal sebelum memasuki umur 12 bulan, tetapi sebagian besar mencapainya sekarng. Ini adalah peristiwa amat khusu yang menggembirakan kita. Usahakan sebaik-baiknya untuk mengetahui apa yang dirujuk oleh kata tersebut, tanpa dia harus mengulang-ulangnya atau dia mungkin enggan mengucapkan kata itu lagi kepada kita pada kesempatan yang lain.

Bahasa Tubuh
Ide yang diekspresikan menggunakan bahasa tubuh antara lain :

Kemandirian. Bayi ingin melakukan sendiri berbagai hal, ketika dia bergerak menjauh dari kita dan berusaha mengatasi tantangan sulit (seperti membuka laci), gerakan  badan ini, ditambah dengan gerakan dan keluhan saat dia berusaha keras menarik lacimenyatakan kepada orang tua apa yang ingin dicapainya. Fakta bahwa dia mendorong kita menjauh ketka kita mencoba membantu, bukan berarti dia menolak, tetapi itu hanya caranya dia mengatakan “saya dapat melakukannya sendiri”.

Frustasi. Orang tua mungkin berfikir kemarahan mendorong anak untuk melemparkan mainannya ke lantai. Walaupun mungkin ada elemen dari kemarahan dalam tindakan non-verbal itu, besar kemungkinan sebenarnya kekuatan yang mendasari tindakan itu adalah frustasi.

Kelainan Sindrom Down/Keterbelakangan Mental  (IDIOT)
Kelainan sindrom down terjadi karen akelainan jumlah kromosom pada kromosom nomor 21, yang seharusnya dua menjadi tiga. Kelainan kromosom itu bukan faktor keturunan kelainan bisa menyebabkan penderitaannya mengalami kelainan fisika seperti kelainan jantung bawaan, otot-otot melemah (hypotonia), dan retardasi mental akibat hambatan perkembangan kecerdasan dan psikomotor. Hingga kini, penyeban kelainan jumlah  kromosom itu masih belum dapat diketahui. Bila bayi itu beranjak besar, maka perlu pemeriksaan IQ untuk menentukan jenis latihan sekolah yang dipilih. Pemeriksaan lain yang mungkin dibutuhkan adalah pemeriksaan jantung karena pada penderita ini sering mengalami kelainan jantung.

Insiden Dan Epidemiologi. Kelainan ditemukan di seluruh dunia pada semua suku bangsa. Diperkirakan angka kejadian 1,5 : 1000 kelahiran dan terdapat 10% diantara penderita retardasi mental. Menurut Biran, sejauh ini diketahui faktor usia ibu hamil mempengaruhi tingkat resiko janin mengidap SD. Usia yang bersiko adalah ibu hamil pada usia lebih dari 30 tahun. Kehamilan pada usia lebih dari 40 tahu, resikonya meningkat 10 kali lipat dibanding pada usia 30 tahun. Sel telur (ovum) semakin menua seiring pertambahan usia perempuan.

Sindrom down banyak dilahirkan oleh ibu berumur tua ( resiko tinggi ), ibu-ibu di atas 30 tahun harus waspada akan kemungkinan ini. Angka kejadia sindrom down meningkat jelas pada wanita yangmelahirkan anak setelah berusia 30 tahun ke atas. Sel telur wanita telah dibentuk pada saat wanita tersebut masih ada dalam kandungan yang akan dimatangkan satu persatu setiap bulan pada saat wanita tersebut akil balik.

Pada saat wanita menjadi tua, kondisi sel telur tersebut kadang-kadang menjadi kurang baik dan pada waktu dibuahi oleh sel telur laki-laki, sel benih ini mengalami pembelahan yang kurang sempurna. Penyebab timbulnya kelebihan kromosom 21, bisa pula karena bawaan lahirdari ibu atau bapak yang mempunyai dua buah kromosom 21, tetapi terletak tidak pada tempat yang sebenarnya, misalnya salah satu kromosom 21 tersebut menempel pada kromosom lain sehingga pada waktu pembelahan sel kromosom 21 tersebut tidak membelah dengan sempurna.

Faktor yang memegang peranan dalam terjadinya kelainan kromosom adalah :

  1. Umur ibu
  2. Biasanya pada ibu berumur lebih dari 30 tahun, mungkjin karena suatu ketidakseimbangan hormonal. Umur ayah tidak mempengaruhi 
  3. Kelainan kehamilan
  4. Kelainan endokrin pada ibu
  5. Pada usia tua dapat terjadi infertilitas relative (kelainan tiroid)

Gejala Klinis
Gejala yang biasanya merupakan keluhan utama orang tua adalan keterbelakangan mental (idiot), dengan IQ antara 50-70, tetapi kadang-kadang IQ biasa sampai 90 terutama pada kasus-kasus yang diberi latihan. Pada bayi baru lahir dokter akan menduga adanya sindrom down karena gambaran yang khas, tubuhnya yang sangat lentur, biasanya otot-otonya sangat lemas, sehingga menghambat perkembangan gerak bayi. Pada saat masih bayi tersebut sulit bagi seorang dokter untuk menentukan diagnosisnya, apalagi orang tuanya juga mempunyai mata yang sipit atau kecil.

Untuk  memastikan diagnosis perlu dilakukan pemeriksaan kromosom dari sel darah putih. Anak dengan sindrom down sangat mirip satu dengan yang lainnya. Seakan akan kaka beradik. Keterbelakangan mental sangat menonjol disamping juga terdapat retardasi jasmani, wajah anak sangat khas. Ciri-cirinya antara lain
  1. Kepala agak kecil dengan daerah oksipital yang mendatar.
  2. Mukanya lebar
  3. Tulang pipi tinggi
  4. Hidung pesek
  5. Mata letaknya berjauhan, serta sipit miring ke atas dan samping (seperti mongol).
  6. Iris mata menunjukkan bercak-bercak
  7. Lipatan epikantus jelas sekali
  8. Telinga agak aneh
  9. Bibir tebal dan lidah besar, kasar dan bercelah-celah
  10. Pertumbuhan gigi terganggu
  11. Kulit halus dan longgar tetapi warnanya normal
  12. Di leher terdapat lipatan-lipatan yang berlebihan
  13. Pada jari tangan terdapat kelingking yang pendek dan membengkok ke dalam
  14. Jarak antara jari satu dan dua, baik tangan maupun kaki agak besar
  15. Gambaran telapak tangan tampak tidak normal, yaitu terdapat satu garis melintang
  16. Alat kelamin biasanya Kecil
Penanganan
Secara medis tidak ada pengobatan pada penderita ini, karena cacatnya sel benih yang dibawa dari dalam kandungan. Pada saat bayi baru lahir, bila diketahui adanya kelamahan otot, bisa dilakukan latihan oto yang akan membantu mempercepat kemajuan pertumbuhan dan perkembangan anak.

Pencegahan

  1. Deteksi dini SD dilakukan pada usia janin mulai 11 minggu (2,5 bulan) sampai 14 minggu.
  2. Apabila dalam keluarga ada yang menderita sindrom down maka diperlukan pemeriksaan cairan amnion dan vili korionil  pada usia kehamilan 3 bulan. Apabila positif disarankan kehamilan dihentikan.
  3. Bayi yang menderita sindrom down dapat dilakukan pemeriksaan sidik jari telapak tangan dan kaki karena menunjukkan gambaran yang khas.
Sumber-sumber
Dardjowidjojo Soenjono. Pemerolehan Bahasa Anak Indonesia. Unika Atma    Jaya : 2000
Hurlock, E.B. 2000. Perkembangan Anak. Alih bahasa oleh dr. Med. Meitasari Tjandrasa dan Dra Muslichah Zarkasih. Edisi keenam. Jakarta : Erlangga
Kartono Kartini. Mental Hygien (Kesehatan Mental). Bandung : Alumni. 1980
Munantar Utumi, Prof, Dr. 1999. Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat. Jakarta : Rineka Cipta
Soetjiningsih, dr, DSAK. 1998. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran ESC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Geliat Ide Guru Peneliti

Tumbuhnya Gagasan Seputar   Guru Peneliti Untuk meningkatkan kualitas tenaga pendidik, guru yang sudah memperoleh sertifikasi dan tun...